ISLAM DAN PENDIDIKAN DI TURKIYE

Sekolah Imam Hatip Anatolia, Istanbul, menjadi saksi sejarah seorang anak laki-laki yang berasal dari keluarga kelas pekerja, pindah ke Istanbul sejak usia 13 tahun.

Ayahnya yang berprofesi pelaut berharap ia tumbuh dengan pendidikan agama yang baik. Di tempat tinggalnya, Distrik Kasimpasa, sangat sulit menemukan guru yang bisa mengajar agama. Apalagi kondisi yang kumuh dan masyarakatnya tergolong miskin. Anak laki-laki itu adalah Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turkiye.

Erdogan datang ke bekas sekolahnya itu dalam rangka peresmian sekolah setelah dibangun kembali oleh pemerintah Turkiye tahun 2017 lalu. Di depan para pejabat, guru, murid, dan orang tua, ia bercerita tentang masa-masa sulit yang dilalui semasa sekolah. Kini sekolah itu berubah nama jadi Recep Tayyip Erdogan Anatolian Imam Hatip. Sekolah khusus di bawah Kementrian Pendidikan Turkiye untuk memenuhi pendidikan islam dan menyiapkan sumber daya manusia di berbagai bidang.

Sejak pertama kali mengambil alih kekuasaan, Erdogan pelan tapi pasti mendorong reformasi di bidang pendidikan. Mata pelajaran agama mulai diperkenalkan di sekolah-sekolah dan mulai melakukan konversi sekolah umum yang berbasis sekuler menjadi sekolah imam hatip yang berbasis islam. Reformasi yang dilakukan tersebut mendapat tantangan keras dari pihak oposisi. Meski demikian, Erdogan tidak goyah, reformasi terus dilakukan untuk membangun keseimbangan baru dalam bidang pendidikan setelah beberapa dekade sistem sekuler yang berkuasa.

Sejak Turki Utsmani kalah perang oleh Inggris. Mustafa Kemal Attaturk muncul sebagai bapak pendiri Republik Turkiye, ia menghapus sistim warisan Kesultanan Utsmani. Aturan pemisahan ketat antara agama dan negara, menghapuskan jabatan khalifah dan khalifah terakhir diusir dari Turkiye. Ataturk juga mengubah alfabet Turkiye dari huruf Arab menjadi huruf Romawi. Tak hanya itu, ia memerintahkan adzan di masjid-masjid harus dalam bahasa Turki.

Pengadilan agama juga ditutup, busana islami seperti jilbab dilarang bagi setiap karyawan sektor public. Ia menghapuskan kementerian hukum qanun dan yayasan Islam, mencabut larangan alkohol, mengadopsi kalender Gregorian mengganti kalender Islam, dan mengganti Jumat sebagai hari libur dengan Minggu. Ataturk telah mengubah tatanan social kemasyarakatan. Pun ketika Ataturk wafat, pengaruh sekulerisme sudah sangat kuat di masyarakat Turkiye.
Generasi islam sempat merasakan pendidikan islam. Perdana Menteri Nechmettin Erbakan mencoba melawan arus sekulerisme.

Namun ia dikudeta oleh militer pada tahun 1997. Pemerintahan Erbakan dianggap berbasis islamis sehingga disingkirkan dari kekuasaan. Pada masa itu, militer yang berhaluan sekuler menutup sekolah Imam Hatip. Mereka menekan sekolah, mempersulit siswa dari sekolah itu mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Meskipun permintaan orang tua terhadap sekolah agama cukup tinggi tetapi masyarakat tak berdaya melawan rezim yang berkuasa. Dalam beberapa kesempatan pidatonya, Erdogan menyebut saat itu adalah hari yang menyakitkan.

Setelah menjadi perdana Menteri selama sepuluh tahun, Erdogan menang pada pemilihan presiden Turkiye di tahun 2014. Sejak saat itu, sistem pemerintahan berubah jadi presidensial. Kemenangan itu sempat ternoda dengan upaya kudeta militer di tahun 2016.

Namun jutaan masyarakat pasang badan. Mereka turun ke jalan melawan militer. Pada malam kudeta itu, ratusan orang jadi martir. Warga mengambil air wudhu di kolam yang berada di halaman kantor walikota itu lalu bergerak melawan militer. Mereka sudah siap syahid dalam keadaan suci. Diorama untuk mengenang peristiwa itu dibuat depan Kantor Walikota Istanbul. Patung warga yang sementara berwudu jadi saksi peran masyarakat menggagalkan kudeta.

Pasca kegagalan kudeta, pengaruh Erdogan semakin kuat. Dukungan masyarakat Turkiye juga semakin besar. Reformasi di bidang pendidikan mulai digarap dengan serius. Di tengah upaya reformasi pendidikan, kelompok oposisi juga makin keras menolak. Mereka menuding Erdogan ingin merubah nilai-nilai yang dibawah Ataturk, Turki modern yang berpandangan barat bahwa pendidikan harus jauh dari ajaran agama. Sekolah islam terus direndahkan kelompok sekuler.

Meski demikian Erdogan tidak goyah. Dukungan masyarakat yang ingin perubahan sistem pendidikan jadi alasan. Masyarakat Turkiye memilih sekolah agama sebagai bagian dari alternative pendidikan. Dalam pidatonya di tahun 2021, Erdogan menyebut jumlah anak-anak yang belajar di sekolah agama telah mencapai 1 juta 415 ribu. Jumlah ini sangat jauh berbeda saat pertama kali ia menjadi perdana Menteri tahun 2002. Kala itu jumlah siswa di sekolah agama hanya 64 ribu. Sistem sekolah agama memang berbeda dengan sekolah umum. Murid perempuan dan laki-laki dipisah. Mereka juga mendalami pelajaran agama islam, bahasa arab dan kisah Nabi Muhammad. Setiap hari mereka belajar 13 jam, ditambah pelajaran lain dari kurikulum pendidikan Turki. Sementara di sekolah umum, pelajaran agama hanya dua jam setiap pekannya.

Erdogan beralasan pendidikan agama islam sangat dibutuhkan Turkiye. Mereka berupaya membangun generasi yang saleh di tengah mayoritas penduduk Turkiye yang beragama islam. Mereka akan menjadi pelopor peradaban baru Turkiye yang memasuki usia 100 tahun. Reformasi tersebut dianggap jalan menuju keseimbangan baru, menjadikan agama makin dekat dengan kehidupan masyarakat Turkiye yang selama ini menganut paham sekulerisme.

Miliaran dollar dialokasikan oleh pemerintah untuk reformasi pendidikan. Tercatat 14,6 persen anggaran pusat tahun 2023 dialokasikan untuk pendidikan. Sebesar 651 miliar 377 juta 155 ribu Lira untuk pelayanan pendidikan formal dan nonformal yang mencakup seluruh lapisan masyarakat.

Dalam dua puluh tahun terakhir, Turkiye dibawah kepemimpinan Erdogan mencapai perubahan yang besar di bidang pendidikan. Tingkat partisipasi pendidikan mencapai 90 persen di semua lini, program pendidikan makin luas dan memberi kesempatan ribuan beasiswa bagi masyarakat dalam negeri dan internasional. Mereka juga memberikan layanan pendidikan gratis untuk anak-anak dari taman kanak-kanak hingga universitas.
Masjid Sebagai Simbol Peradaban
Idul Adha di tahun 2023, saya Bersama keluarga shalat di Masjid Hagia Sophia. Ribuan warga Turki mengikuti shalat berjamaah di masjid itu. Jamaah meluber sampai ke taman di area Kompleks Sultan Ahmet. Hagia Sophia, yang merupakan gereja peninggalan Byzantium. Kemudian berubah jadi masjid ketika Sultan Muhammad Al Fatih menjadi penguasa Konstantinopel.

Setelah Ataturk berkuasa, Hagia Sophia diubah fungsinya jadi museum. Sejak saat itu umat muslim dilarang shalat di Hagia Sophia. Kerinduan umat islam Turkiye untuk shalat di sana bisa terwujud. Erdogan menetapkan Hagia Sophia sebagai masjid di tahun 2020. Pemerintah juga merenovasi masjid-masjid peninggalan Kesultanan Utsmani dan mulai membangun masjid baru. Tidak hanya itu, pemerintah juga menyediakan imam, dukungan operasional dan masjid difungsikan dengan tata kelola yang baik.

Masjid terbesar di Turkiye dibangun dengan arsitektur Ottoman-Seljuk. Letaknya di bukit Camlica, Istanbul bagian Asia. Dari atas masjid, pemandangan kota Istanbul bisa dilihat seluruhnya. Masjid itu bisa menampung 63 ribu jamaah. Di sana juga dibangun museum seni Islam Turkiye, perpustakaan, galeri seni, restoran, ruang konferensi, bengkel dan hutan – taman bermain yang luas di area belakang masjid.

Masjid Hayruddin Barbarossa yang megah dibangun di distrik Levent. Pusat bisnis di Istanbul bagian Eropa. Masjid Taksim yang menuai polemik dibangun di alun-alun Taksim Square, jantung masyarakat sekuler Turkiye. Di tengah alun-alun Monumen Ataturk yang menjadi ikon terlihat kerdil. Taksim yang merupakan simbol kebebasan, sekulerisme mengalami perubahan dengan adanya masjid tersebut.

Masjid megah itu diresmikan setelah shalat Jumat, 28 Mei 2021.Pembangunan masjid ini penuh perjuangan. Masyarakat muslim Istanbul harus menunggu 69 tahun hingga masjid itu berdiri. Awal pembangunannya dimulai tahun 1952 tetapi tidak selalu gagal.

Abad Baru Turki

“Apa bakal terjadi Chaos,”? tanya teman saya yang rencana liburan ke Turkiye setelah pemilihan presiden Mei 2023 lalu. Desas-desus tentang kerusuhan sudah beredar di Lorong-lorong Istanbul yang mayoritas dikuasi oposisi Erdogan. Pemilu Turkiye merupakan titik balik sejarah. Kandidat yang maju menawarkan dua jalan yang sangat berbeda. Erdogan menawarkan gagasan Turkiye baru, modern dengan nilai-nilai islam dan anti barat. Sementara saingannya, Kemal Kilcdaroglu ingin menguatkan kembali paham sekulerisme, warisan Ataturk yang mulai luntur. Termasuk memulangkan 10 juta pengungsi Suriah yang tinggal di Turkiye. Pemilu itu menjadi pertarungan nasib muslim Suriah. Mereka sangat menggantungkan harapannya pada Erdogan. Masyarakat terbelah menjadi dua kubu, pro Islamisasi dan pro Sekulerisme.

Dalam situasi yang tak menentu itu, saya sudah menyiapkan exit plan jika terjadi kekacauan besar pasca pemilu. Erdogan akhirnya menang meskipun lewat dua putaran. Keributan kecil menolak hasil pemilu terjadi di beberapa kota namun cepat diselesaikan.

Kemenangan Erdogan ibarat oase di padang pasir. Kemenangan yang dinantikan dalam diam karena dominasi masyarakat sekuler amat besar. Tekanan yang dihadapi berubah jadi bahagia. Warga muslim Turkiye menyambut dengan suka cita. Pawai kemenangan di berbagai kota. Di dekat tempat saya, warga berkumpul merayakan kemenangan di depan Masjid Sultan Muhammad Al Fatih. Warga keluar rumah, anak-anak, kakek, nenek tumpah ruah ke jalanan merayakan kemenangan itu. Bahkan bendera Suriah dan Palestina ikut dikibarkan
bersama bendera Turkiye.

Turki memasuki abad baru. 100 tahun Turki diperingati 29 Oktober 2023 lalu. Perayaan seratus tahun berlangsung meriah. Selama tiga pekan, pemerintah menyiapkan hall di area publik. Masyarakat disajikan visualisasi sejarah Turkiye hingga kemajuan yang dicapai selama Erdogan memimpin. Pesan tersirat dari Abad baru itu bahwa Turkiye akan menjadi negara kuat yang menjadi penyeimbang negara barat dan timur. Negara yang mendorong persatuan, keadilan, kemajuan.
Abad baru tersebut juga dikaitkan dengan islam dan kejayaan.

Nilai-nilai islam sangat terbuka dipraktikkan di Turkiye. Kita bisa melihat anak-anak bersurban membawa Al-Quran di jalan-jalan. Bahkan, pawai LGBT tahun ini diganti dengan pawai ratusan penghafal Al Quran. Generasi yang taat merupakan manifestasi rekayasa social yang telah dilakukan Erdogan. Generasi yang dibangun dari sistem pendidikan islam diyakini menjadi generasi pemimpin masa depan Turkiye. Mereka pemuda yang taat ajaran islam, pembawa paradigma abad baru Turkiye.