Hitam Putih Komunikasi Kepemimpinan Jokowi

  • Whatsapp
Oleh : Inggar Saputra (DPP Perkumpulan Rumah Produktif Indonesia)

Seorang pemimpin di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia pada umumnya memiliki tanda atau simbol yang khas, melekat pada keseharian untuk dimaknai secara positif oleh orang lain. Tanda atau simbol itu merupakan asosiasi sejauhmana pemimpin mendekat kepada masyarakat dan lingkungan sosial budaya yang terjadi di sekitarnya. Ada pemimpin yang memiliki simbol formalitas sipil maupun militer untuk menggambarkan dirinya sebagai sosok yang tegas, berani dan selalu ingin dihormati rakyat yang dipimpinnya meski terkadang kebijakannya tidak selalu pro rakyat. Tetapi ada pula pemimpin yang memilih berpakaian santai tapi tetap terlihat sopan untuk menggambarkan karakter dirinya sebagai sosok yang ramah, bersahabat, berpikiran terbuka dan mudah dijumpai rakyat yang dipimpinnya.

Oleh : Inggar Saputra (DPP Perkumpulan Rumah Produktif Indonesia)

Seorang pemimpin di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia pada umumnya memiliki tanda atau simbol yang khas, melekat pada keseharian untuk dimaknai secara positif oleh orang lain. Tanda atau simbol itu merupakan asosiasi sejauhmana pemimpin mendekat kepada masyarakat dan lingkungan sosial budaya yang terjadi di sekitarnya. Ada pemimpin yang memiliki simbol formalitas sipil maupun militer untuk menggambarkan dirinya sebagai sosok yang tegas, berani dan selalu ingin dihormati rakyat yang dipimpinnya meski terkadang kebijakannya tidak selalu pro rakyat. Tetapi ada pula pemimpin yang memilih berpakaian santai tapi tetap terlihat sopan untuk menggambarkan karakter dirinya sebagai sosok yang ramah, bersahabat, berpikiran terbuka dan mudah dijumpai rakyat yang dipimpinnya.

Sebagai seorang presiden yang memimpin jutaan rakyat Indonesia, Presiden Jokowi memiliki tanda dan simbol khas dalam kepemimpinannya yang membedakan dengan pemimpin era sebelumnya. Ketika hampir semua presiden Indonesia menggunakan jas, batik dan safari, Jokowi justru mempopulerkan kemeja putih dan celana panjang hitam selama masa kampanye di pilpres 2014 dan 2019. Setelan kemeja putih kemudian digulung di bagian lengan, sehingga menampilkan karakter kelas pekerja menengah yang sejalan dengan kondisi populer belakangan ini yang diwarnai maraknya kelas menengah dan generasi millenial. Pemakaian simbol sejalan dengan konsepsi Nawacita yang digaungkan Jokowi yang menekankan pada semangat kerja, kerja dan kerja sebagai bagian dari ikhtiar kepemimpinannya menjemput perubahan besar bagi kehidupan bangsa Indonesia.

Penggunaan kemeja putih digulung dan celana panjang hitam sebenarnya dipakai Jokowi untuk mempersonifikasikan program kerja, target pemerintahan dan kinerja kabinet yang dipimpinnya. Dengan mengusung jargon populisme seperti Nawacita, Revolusi Mental dan Indonesia Maju, simbolitas dalam kepribadian Jokowi memunculkan citra sebagai sosok pekerja keras yang dipercayakan rakyat Indonesia mampu menghadirkan perubahan. Hal ini berpengaruh pula kepada program kerja dan kinerja kepemimpinannya yang mengusung target besar perbaikan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan infrastruktur, pembangunan SDM, pembukaan lapangan kerja, reformasi birokrasi dan visi besar Indonesia sebagai poros maritim dunia. Melalui gaya komunikasi berbentuk simbolitas, Jokowi ingin membangun komunikasi yang lebih dekat kepada rakyat agar mendukung kepemimpinannya.

Selain cara berpakaian, simbolitas dalam bentuk sikap tubuh menjadi cara berkomunikasi politik kepada lawan bicaranya, dimana Jokowi selalu tersenyum dan membiasakan pengulangan kata atau kalimat dalam menyampaikan pesan kepada orang lain. Gaya bicara ini dilengkapi gerakan jari atau tangan untuk memberikan penekanan pada pesan yang disampaikan (Wempi & Chrisdina, 2023) Penciptaan simbol atau tanda itu personal branding yang mampu menjadi stimulus dalam merespons kondisi sosial politik yang berkembang dinamis, sekaligus bentuk komunikasi publik pemimpin dalam upaya menciptakan makna yang ingin dibentuk dari tanda yang diasosikannya di arena politik praktis. Selama ini, tanda fisik dan non fisik itu terus dijaga secara konsisten oleh Presiden Jokowi sehingga mampu melekat kepadanya sebagai pemimpin yang peduli dan berkesan bagi rakyat Indonesia sebagai target yang disasarnya.

Dalam membentuk ciri khas pemimpin yang mudah diingat rakyat Indonesia, Jokowi sukses menciptakan proses memasukkan informasi kepada pikiran masyarakat, mengintervensi pikiran secara halus untuk menyimpan dalam ingatan akan tanda yang dikenakannya, dan menimbulkan kembali proses ingatan itu secara mendalam sehingga berkesan dalam jangka waktu panjang Walgito (2010) Hal ini mudah dilihat di masyarakat, dimana umumnya masyarakat Indonesia mudah mengingat warna hitam putih yang melekat pada pakaian Jokowi dalam berbagai aktivitas publik baik formal maupun informal. Secara psikologis, masyarakat juga mudah menggambarkan keseharian Jokowi sebagai pribadi dengan kepercayaan diri tinggi, optimis dan tenang menghadapi tekanan publik, kelompok oposisi dan netizen yang tidak selalu menyukai kebijakan publik yang diambilnya. Lebih jauh, kalimat kerja, kerja, kerja juga mudah diingat sebagai simbolitas verbal yang selalu diulangi dalam berbagai kesempatan agar masyarakat memahami kerja besar yang dijalankannya selama ini.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment