
Oleh : Inggar Saputra
Sudah dua kali saya menonton pertandingan sepakbola selama bertugas di bumi Papua Barat ini yang menghadirkan 14 tim terbaik dari anak muda usia 22 tahun yang tersebar di berbagai kampung. Pertandingan pertama, Rabu 13 September 2023, semifinal antara dua kesebelasan yang sama kuat baik dari segi tim yang bertanding maupun kemeriahan suporter pendukungnya. Kedua, pertandingan final pada Jumat, 15 September 2023 yang dimeriahkan artis lokal dan menghadirkan Bupati Manokwari Selatan, Bapak Markus Waran dengan kemeriahan yang tidak kalah dengan pertandingan sebelumnya. Teriakan suporter yang emosional hadir mewarnai pertandingan dibarengi ketegangan pemain di lapangan yang saling menyerang demi menciptakan gol dan menghadirkan kemenangan.
Dari dua pertandingan sepakbola yang digelar, tensi pertandingan selalu memanas dimana di lapangan kedua tim saling jual beli serangan dengan dibarengi kekuatan fisik khas Papua Barat yang luar biasa dengan memadukan kecepatan lari pemain dan saling adu badan untuk menekan lawan. Teriakan suporter, umpatan, dan ekspresi wajah yang kesel ketika pemain gagal mencetak gol adalah pemandangan khas yang mudah ditemui sepanjang pertandingan. Suporter dalam sepakbola adalah energi tambahan bagi pemain agar mampu mengembangkan dan memainkan pertandingan secara maksimal sehingga mampu menghibur penonton dan menghadirkan hadiah terbaik berbentuk kemenangan. Tanpa dukungan suporter yang berisik sepanjang pertandingan maka sepakbola akan kehilangan ruhnya sebagai olahraga yang menghibur dan permainan yang mendukung pengembangan sektor ekonomi produktif dan kreatif di wilayah setempat.
Kualitas pemain sepakbola di Manokwari Selatan dari segi kecepatan berlari sangat luar biasa seakan mereka tak kenal lelah sepanjang pertandingan untuk mengejar, mengumpan dan menyelesaikan peluang yang ada untuk menjadi gol. Dari obrolan santai dengan seorang warga di Ransiki, mereka sudah terbiasa sejak pagi bertanding volley dengan mengerahkan segala kemampuan dan teknik volley, ketika sore para laki-laki bermain sepakbola di lapangan. Selain kecepatan berlari, umumnya pemain sepakbola muda ini memiliki kekuataan adu pressing badan yang bagus meski belum sepenuhnya dibarengi teknik permainan dan strategi yang baik sehingga seringkali banyak peluang emas tidak dieksekusi dengan baik dan berbuah gol. Adanya kritikan berupa kekurangan teknik dan strategi permainan itu tentu perlu menjadi vitamin yang baik agar sepakbola di Papua Barat khususnya Manokwari Selatan terus berkembang sehingga kelak menghadirkan pemain berkelas dunia.
Selesai pertandingan final sepakbola antar kampung, suasana panas dan emosional berlanjut di pinggir lapangan dengan keributan melibatkan suporter maupun anak muda setempat yang saling baku hantam menggunakan bambu yang ujungnya runcing sehingga dibutuhkan bantuan aparat keamanan agar keributan tidak semakin parah. Suasana panas sebenarnya dimulai ketika ada beberapa suporter yang sepertinya pihak tim yang kalah nekat mengambil barang apa saja yang ada di lapangan khususnya kayu dan menciptakan keributan yang melebar sampai pinggir jalan disertai teriakan mengumpat yang terdengar keras di telinga. Melihat keributan semakin parah, terdengar suara teriakan keras dari seorang lelaki bertubuh agak gemuk dan mengenakan topi merah untuk meminta agar keributan dihentikan dan memanggil pihak pihak yang terlibat keributan di lapangan. Sekedar diketahui, untuk final pertandingan sepakbola maka sudah disiapkan panggung berwarna merah cerah dari panitia yang direncanakan akan menghadirkan Bupati Manokwari Selatan, Markus Waran beserta jajarannya untuk duduk dan nantinya menyerahkan piala bagi sang juara di panggung tersebut.
Untuk meredam emosi penonton, seorang artis lokal Ocha Sentul maju ke depan membawakan lagu berbahasa Papua yang mengajak penonton bergoyang dan berpesta. Dimulai saja acara pesta, pesta dan pesta, semua menggoyangkan badan, kaki dan tangan sehingga melupakan keributan yang baru saja terjadi. Sesuatu yang agak unik dimana ekspresi emosional yang terkadang berujung baku hantam seketika dapat diselesaikan dengan hiburan sambil berjoget dan berpesta bersama di kerumunan massa. Meski terkejut, saya merasakan memang inilah tanah Papua yang masyarakat terkadang memajukan emosional sebagai cara menyelesaikan dinamika dan konflik yang ada di lingkungan sekitarnya, kemudian mengadakan pesta dan bergoyang bersama sebagai jurus ampuh menurunkan tensi kemarahan, kekecewaan mendalam atas kekalahan dan cara efektif membuat situasi keamanan dan ketertiban masyarakat menjadi lebih menyejukkan.
Terlepas dari kondisi keributan yang ada, tentu ada harapan yang hadir di pikiran penulis agar sportivitas menjadi nomor satu sebagaimana spirit dari olahraga sepakbola yang menghadirkan edukasi yang menghibur serta sportivitas menjadi prioritas. Melihat stamina dan kekuatan fisik pemain sepakbola muda asal Manokwari Selatan, tentu ada harapan akan lebih banyak lagi bibit unggul mutiara hitam yang memajukan sepakbola Papua dan mengharumkan nama sepakbola Indonesia di ajang internasional. Selain itu, ada harapan yang diselipkan semoga budaya bersih dan sehat mampu hadir di tengah masyarakat termasuk penonton sepakbola dimana sepanjang lokasi pertandingan budaya mengunyah sirih pinang untuk dibuang sembarangan masih mudah dijumpai sehingga merah saja dilihat jalanan dan rumput sekitar lokasi pertandingan sepakbola tersebut. Kita percaya hidup sehat dibangun dengan semangat olahraga, dibarengi aksi nyata sportivitas dengan membiasakan mentalitas siap menerima kemenangan dan kekalahan, dan membudayakan kebersihan dimanapun kita berada.