
Terik panas mentari yang membakar kulit adalah teman perjalanan kami menikmati keindahan semesta yang disajikan alam Papua Barat hari ini, Minggu, 17 September 2023. Jaket sudah menyatu bersama kaos dan celana panjang agar ada keteduhan dalam perjalanan menyusuri aspal jalanan sepanjang Rasinki menuju Gunung Botak yang di jarak google sekitar 38 kilometer. Sebuah motor melaju kencang menyusuri kawasan hutan, bukit, terkadang ada kampung, sekolah dan gereja, meliuk liuk di antara pohon coklat dan kelapa yang menghiasi perjalanan panjang yang cukup santai ini. Masyarakat sekitar tampak sepi mungkin karena hari libur sehabis kebaktian di gereja dilanjutkan berkumpul santai di rumah, sehingga kami hanya bertemankan mobil dan motor yang kadang melintas dengan kencang membelah jalanan dengan trek lurus panjang dan terkadang dipenuhi tikungan yang tajam.
Sekitar sejam perjalanan menuju Gunung Botak dengan kecepatan motor yang tidak terlalu kencang dengan berteman pohon tinggi dan bibir pantai yang membiru serta hamparan luas wilayah pemukiman penduduk yang sebagian direncanakan akan dijadikan kampung persiapan. Ada juga pipa besi merah sepanjang jalan yang akan dibangun tiang listrik mengingat belum sepenuhnya kampung yang mendapatkan aliran listrik, jadi bisa dibayangkan betapa malam penuh kegelapan akan menghiasi sepanjang perjalanan. Kita juga dapat melihat lampu solar cell sepanjang jalan pada beberapa titik strategis sehingga ada kepastian ketika malam hari suasana akan cukup terang benderang. Plang pintu masuk Rindam XVIII Kasuari gagah berdiri di pinggir jalan tempat kami melintas, sementara sebelah kanan ada Kodim dengan perumahan buat tentara di dalamnya dan dijaga seorang prajurit TNI di depan pintu masuknya.
Sekitar jam 13.00 WIT, kami sampai di Gunung Botak yang berhadapan dengan Teluk Mawi dengan keindahan pantai Lautan Pasifik yang luar biasa indah dan alami sehingga sulit rasanya jika melepas keindahan alam ini tanpa berselfie ria. Disebut Gunung Botak sebab dilihat sepintas seperti rambut yang botak atau gundul tanpa ada pohon besar yang menjulang tinggi, meski sebenarnya masih ada rerumputan dan semak belukar. Tepat di depan Gunung Botak membentang panjang pinggiran pantai, laut biru, tepi bukit, tikungan eksotik dan tangga yang sering disebut tangga seribu dengan bendera merah putih di sepanjang jalan naik ke atas gunung. Suasana alam semakin meneduhkan dengan pantai dengan lautan Samudra Pasifik yang membuat kita terkagum dengan pesona wisata Manokwari Selatan ini.
Pantai yang membiru menjadi lukisan wajah alam bagi siapapun yang ingin bertafakar dan mendalam pesan dari Tuhan. Di kaki langit cakrawala, tampak air mengalir tenang sehingga menghasilkan kesunyian mendalam sebagai pusat perenungan untuk “melarikan” diri dari kepenatan yang mengusik jiwa selama tinggal di kota besar. Hamparan pepohonan seakan mengajak canda tawa bagi setiap mata yang memandang dan tubuh yang hadir untuk berkunjung sapa demi memuaskan hasrat mencari ketenangan batin. Di kejauhan awan putih seolah berkejaran dan bergerak pelan saja sehingga menghasilkan pemandangan yang memanjakan mata.
Suara deru kencang kendaraan truk sesekali menyapa telinga sebagai pertanda masih ada kehidupan di daerah sunyi bertemankan hutan belantara dan bibir pantai sepanjang kaki Gunung Botak. Terkadang hembusan angin halus menyentuh kulit mengajak kita menjadi manusia dengan jiwa jiwa yang tenang. Pasir yang tak selalu putih ikutan berbisik mengharap setiap insan mau berkunjung mendekat kepadanya sebagai bentuk bakti manusia bersyukur atas anugerah terindah dari Tuhan. Inilah kaki gunung Botak di Distrik Momiwaren Papua Barat yang menghadirkan perpaduan pesona alam gunung hijau yang tidak terlalu tinggi dengan bibir pantai yang indah memanjakan mata bagi siapapun yang ingin mengunjunginya.
Setelah sampai di Gunung Botak, rasanya ingin saya berkata seperti judul acara televisi “Lapor Pak, Kami sudah sampai (Gunung Botak-pen)” yang menjelaskan eksistensi alam Papua Barat dengan pegunungan dan pantai memang sudah layak menjadi pemenang di Indonesia. Setelah selesai kunjungan ke Gunung Botak, saya menuju arah pulang dan menyempatkan mampir di pantai Syari yang menampilkan keindahan pantai dikelilingi mangrove dengan suasana kawasan pesisir pantai yang sepi berkawan hembusan angin yang sejuk. Di pantai banyak sekali turis lokal Papua Barat yang bermain air dengan latar belakang lautan membiru cocok sekali untuk berenang dan snorkeling. Biaya masuk pantai gratis sehingga sangat dimaklumi fasilitas yang ada masih terbatas sehingga membutuhkan pengembangan agar menjadi destinasi wisata yang semakin menarik bagi turis domestik dan mancanegara di masa depan.