
Bayangan pertama kali sebagai orang Jakarta, hidup di Papua Barat pasti mahal sehingga berefek samping makanan langka dan susah di cari. Setiap mau berangkat baik ke Papua atau Papua Barat, seringkali banyak sahabat berpesan dua hal, pertama adalah makanan mahal di sana jadi bawa duit yang banyak agar tidak kelaparan. Satu lagi, kamu muslim jadi pintarlah memilih makanan jangan sampai makan dari makanan yang mengandung daging babi.
Barang mahal di Papua Barat umumnya berhubungan dengan soal akses transportasi yang tidak sepenuhnya mampu menjangkau daerah yang sulit diakses, adanya kemampuan logistik yang masih terbatas, jalur distribusi cukup panjang sehingga menguras tenaga dan biaya tinggi, serta adanya keterbatasan infrastruktur di tengah wilayah Papua Barat yang masih dominan alam berupa hutan, laut dan gunung. Tidak jarang, kondisi alam dan cuaca yang kurang baik membuat distribusi barang dikirimkan melalui jalur udara sehingga menambah ongkos biaya pengiriman barang karena melibatkan helikopter. Jalur darat tidak semudah membalik tangan karena tidak sepenuhnya infrastruktur semulus jalan di Jawa yang umumnya sudah menggunakan jalan beraspal. Sehingga jelas sekali dibutuhkan banyak cara agar kebutuhan bahan pokok dapat sampai dengan selamat dan mampu meningkatkan kebutuhan ekonomi khususnya pangan masyarakat Papua Barat.
Sementara kehidupan sosial budaya masyarakat Papua Barat yang identik dengan babi dipengaruhi keyakinan masyarakat setempat akan filosofi babi sebagai lambang kemakmuran, simbol kekayaan dan tanda kekuasaan yang besar. Sampai saat ini, babi menjadi mahar terbaik bagi pernikahan di Papua Barat, sekaligus simbol persaudaraan, persahabatan dan persekutuan antar kelompok masyarakat sehingga hewan satu ini memiliki nilai sakral dalam kehidupan masyarakat Papua Barat (Suroto, 2014) Ketika terjadi perang antar suku, masyarakat Timika bisa mengorbankan beberapa babi perdamaian, serupa sengketa urusan perzinahan yang melibatkan persoalan seksualitas di masyarakat akan diselesaikan secara adat dengan babi perdamaian sehingga babi jadi peralihan luapan emosional masyarakat agar tidak ada korban manusia (Mulyadi, 2012)
Selain soal barang mahal dan babi, seorang kawan yang membaca status whatsapp ku langsung saja menelpon dan memberikan nasehat agar berhati hati sebab banyak kelompok kriminal bersenjata Organisasi Papua Merdeka di sana. Jika perlu selama bertugas di Papua Barat meminta pengawalan tentara nasional Indonesia atau TNI agar aman dari gangguan OPM selama di perjalanan maupun pelaksanaan kegiatan kampanye sekolah sehat. Sebuah rasa khawatir ketika bertempat tinggal di daerah dengan kerawanan tinggi boleh saja, tapi keamanan terbaik sudah dipercayakan kepada Allah SWT. Jadi perlahan tapi pasti tetap saja badan ini berangkat menjalankan amanat untuk melakukan sosialisasi, penguatan dan pendampingan sekolah sehat pada enam distrik yang terletak di Kabupaten Manokwari Selatan.
Soal keamanan memang selalu menjadi isu yang mengkhawatirkan setiap orang yang belum pernah menginjakkan kaki di Papua Barat mengingat organisasi Papua Merdeka seringkali masuk pemberitaan media massa dan terlibat bentrok dengan Tentara Nasional Indonesia. Memang diakui, kerawanan akan konflik yang ditimbulkan gerakan separatisme Papua Merdeka membuat banyak orang takut mendatangi Papua Barat, apalagi seringkali pada momentum tertentu ada saja pihak yabg suka memancing di air keruh dengan melakukan pengibaran bintang kejora. Tetapi siapapun yang pernah mendatangi dan berkunjung ke Papua Barat akan paham kondisi nyata di daerah ini tidak menyeramkan seperti yang dibayangkan, asalkan bisa menghormati dan dilandasi niat baik untuk tidak masuk dalam pusaran konflik. Pada kesempatan ini, saya datang sebagai tim yang akan ikut mendampingi pendidikan Papua Barat khususnya guru, siswa dan sekolah yang ada di Manokwari Selatan agar terbudayakan hidup bersih, sehat, bergizi sehingga mampu meningkatkan kesehatan insan terdidik di sekolah dasar.
Satu yang pasti, ini Papua Barat bung bukan Jakarta, segala kompleksitas di sini tak bisa memakai kacamata orang Jakarta sebab ada pertemuan budaya, keyakinan spritualitas, adat, cara pikir, cara hidup yang berbeda dan tidak semua masalah orang Papua bisa diselesaikan dengan kebijakan sentralistik. Soal barang mahal, kita percaya negara akan selalu berusaha menghadirkan yang terbaik untuk kemajuan ekonomi, kesejahteraan, memprioritaskan pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia Papua Barat sehingga mampu menjadi insan terdidik dan unggul yang mampu bersaing dengan saudaranya yang lain di belahan bumi Indonesia lainnya. Mengenai maraknya babi dan juga anjing di Papua kita menghargai itu sebagai kearifan lokal yang dipengaruhi struktur sosial budaya setempat dan bukan sebagai ancaman dengan disertai keyakinan saling menghormati perbedaan atas agama dan keyakinan yang ada terutama bagi yang beragama Islam. Sebagai pendatang di Tanah Papua, saya pribadi kagum atas solidaritas dan persahabatan masyarakat Manokwari Selatan selama di sini, dan meyakini segala persoalan yang ada akan mampu diselesaikan dengan mengutamakan nilai universal Pancasila dan kebhinekaan sehingga nilai lokal tetap lestari bersanding dengan teknologi serta kehidupan sosial budaya mampu mendukung perekonomian Papua Barat menjadi lebih baik di tahun mendatang.