Warung Dian, Nostalgia Alumni Unhas

  • Whatsapp

Oleh: Hidayat Doe*

Saya haqul yakin, mahasiswa yang tinggal di Pondokan dekat kampus Unhas pasti kenal tempat makan Warung Dian. Warung makan fenomenal bagi mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa di pondokan workshop Unhas.

Read More

Beberapa hari lalu saya bersama senior yang juga guru saya di Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Bang Ishaq Rahman. Saya sempat diajar satu semester sebelum berangkat lanjut studi ke UI. Dalam pertemuan itu, saya menceritakan baru saja makan di area pondokan, di warung Dian.

Sang senior merespons, sejak kuliah dulu tahun 1990-an, warung itu sudah ada. Beliau, katanya, sering makan juga di warung itu waktu masih kuliah. Mendengar itu saya cukup kaget, wah, rupanya warung tersebut sudah lama eksis meladeni mahasiswa yang tidak mau memasak di rumah kos, alias makan di warung.

Siang ini saya kembali makan siang di situ. Saya sempat ajak Bang Ishaq untuk bernostalgia makan di warung Dian, tapi rupanya beliau lagi sibuk. Harap-harap saya bisa mengajaknya di lain waktu.

Tak apalah saya promosikan warung Dian, hitung-hitung bisa membalas kebaikannya karena sudah menyediakan tempat makan yang cukup mengeyangkan lagi terbilang murah. Masakannya juga tidak kalah enak dengan warung lainnya. Menunya serupa makanan di rumah. Suatu waktu saya bercerita sama istri, saya makan di warung Dian.

Rupanya dia juga merindukan menu makanan warung itu. Dia mengenang masakan ayam krispinya. Dia ingin agar suatu saat kami makan bersama di sana. Akhirnya ketika ke Makassar di lain waktu, saya mengajak istri dan anak-anak makan di warung Dian.

Saya mengamati betapa bahagianya istri bisa kembali makan di tempat dimana dia masih bertatus sebagai mahasiswa. Kalau dulu, dia mungkin hanya makan bersama temannya, kini ia makan di warung itu bersama suami dan anak-anaknya. Memilih tempat makan memang preferensial. Setiap orang punya selera dan pilihan tertentu kemana harus mencari tempat makan yang tepat dan menyenangkan.

Saya pribadi, menyukai tempat makan yang sederhana yang menyediakan menu sehari-hari seperti di rumah. Selain murah, juga sudah terbiasa dengan menu-menu harian. Terkhusus asal ada lauk ikan.

Orang pesisir laut atau pulau biasanya akan menderita hidupnya jika tidak makan ikan sepekan. Jadi, selama masih bisa makan ikan sehari-hari, berbahagia dan bersyukurlah…..*

* Penulis adalah Ketua DPP RPI Bidang Pengembangan Kawasan Timur Indonesia, bekerja di Universitas Hasanuddin, Makassar.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

21 comments

  1. Pingback: vigrx plus
  2. Pingback: meja 365
  3. Pingback: lawyer phuket
  4. Pingback: PG